Popular Posts

Snippet


ASAL USUL HIV


Virus HIV AIDS
Liputan6.com, London - HIV/AIDS masih menjadi momok. Perhatian terhadap virus tersebut memuncak pada 1980, dan hingga kini telah menginfeksi hampir 75 juta orang di dunia.

Sudah lama diketahui, virus tersebut punya sejarah yang lebih panjang di Afrika, namun, di mana pandemi bermula masih menjadi perdebatan sengit.

Untuk menguak misteri tersebut, tim internasional mencoba untuk merekonstruksi genetika
HIV. Untuk mencari tahu di mana nenek moyang tertuanya pada manusia berasal.

Temuan dalam bidang arkeologi virus digunakan untuk menemukan asal pandemi. Demikian laporan tim dalam jurnal Science. Para ahli menggunakan arsip sampel kode genetik HIV untuk melacak sumbernya.

Dan ternyata, asal usul pandemi terlacak dari tahun 1920-an di Kota Kinshasa yang kini menjadi bagian dari Republik Demokratik Kongo.


Laporan mereka menyebut, perdagangan seks yang merajalela, pertumbuhan populasi yang cepat, dan jarum tak steril yang digunakan di klinik-klinik diduga menyebarkan virus tersebut. Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'.

Sementara itu, rel kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia -- di mana 1 juta orang melintasi kota tiap tahunnya -- membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya. Lalu ke dunia.

Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of Leuven, Belgia mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan asal muasal nenek moyang virus itu.

"Anda bisa melihat jejak sejarahnya dalam genom saat ini -- data yang terekam, tanda mutasi dalam genom HIV tidak bisa dihapus," kata Profesor Oliver Pybus dari University of Oxford, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Jumat (3/10/2014).

Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun kembali pohon keluarga dan melacak akarnya.

HIV adalah versi mutasi dari virus simpanse, yang dikenal sebagai simian immunodeficiency virus (SIVcpz)-- yang mungkin melakukan lompatan spesies, ke manusia, melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. Virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu simpanse mungkin ketika menangani daging hewan itu. Kasus pertama dilaporkan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930.


Virus membuat lompatan pada beberapa kesempatan. Salah satunya mengarah pada HIV-1 subtipe O yang menyebar di Kamerun. Kemudian, HIV-1 subtipe M yang menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia.

Pada tahun 1920-an, Kinshasa -- yang dulu disebut Leopoldville hingga 1966 -- adalah bagian dari Kongo yang dikuasai Belgia.

"Kota itu sangat besar dan sangat cepat pertumbuhannya. Catatan medis era kolonial menunjukkan tingginya insiden sejumlah penyakit seksual," kata Profesor Oliver Pybus.

Kala itu, buruh-buruh pria mengalir ke kota, memicu ketudakseimbangan gender, dengan perbandingan pria dan wanita 2:1 -- yang memicu maraknya perdagangan seksual. Plus faktor praktik pengobatan penyakit dengan suntikan tak steril yang efektif menyebarkan virus.

"Aspek menarik lainnya adalah jaringan transportasi yang membuat orang-orang berpindah dengan mudah." Sekitar 1 juta orang menggunakan jaringan rel Kinshasa pada akhir tahun 1940-an."

Dan virus pun menyebar luas, awalnya ke kota tetangga Brazzaville, lalu meluas ke area provinsi yang perekonomiannya ditopang penambangan, Katanga.

Kondisi 'badai sempurna', hanya berlangsung selama beberapa dekade di Kinshasa. Namun saat itu berakhir, HIV terlanjur menyebar ke seluruh dunia.

Jonathan Ball, dari University of Nottingham mengatakan, temuan ahli menarik karena menyediakan wawasan baru tentang fase awal pandemi HIV-1. "Tersangka yang membuat virus tersebut mendapatkan pijakan pada manusia -- adalah transportasi, populasi meningkat, praktek kesehatan, dan prostitusi," kata dia kepada BBC. (Tnt)



Misi Kepler NASA telah menemukan dua sistem planet yang menjadi tempat bagi tiga planet berukuran super-Bumi dalam “zona layak huni”, zona di mana kisaran jaraknya dari bintang memungkinkan planet yang mengorbit berpeluang menyimpan zat cair.
Sistem Kepler-62 terdiri dari lima planet, yakni 62b, 62c, 62d, 62e dan 62f. Sedangkan sistem Kepler-69 hanya terdiri dari dua planet: 69b dan 69c. Tiga di antaranya, kepler-62e, 62f dan 69c, merupakan planet berukuran super-Bumi.
Dua planet super-Bumi ditemukan di seputar bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dari matahari. Kepler-62f hanya berukuran 40 persen lebih besar dari Bumi, menjadikannya sebagai planet ekstrasurya yang ukurannya paling dekat dengan planet kita dalam zona layak huni bintang lain. Kepler-62f cenderung memiliki komposisi yang berbatu. Kepler-62e, yang mengorbit di tepi bagian dalam zona layak huni, berukuran sekitar 60 persen lebih besar dari Bumi.
Ukuran relatif semua planet zona layak huni yang baru ditemukan dengan didampingkan dengan Bumi. Dari kiri ke kanan: Kepler-22b, Kepler-69c, Kepler-62e, Kepler-62f dan Bumi (kecuali Bumi, gambar ini didasarkan ilustrasi artistik). (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Planet ketiga, Kepler-69c, berukuran 70 persen lebih besar dari Bumi, mengorbit dalam zona layak huni di seputar bintang yang mirip dengan matahari kita. Para astronom tidak terlalu yakin mengenai komposisi Kepler-69c, namun dari orbitnya yang memakan waktu 242 hari, planet itu serupa dengan planet tetangga kita, Venus.
Para ilmuwan belum mengetahui apakah ada kehidupan di planet-planet yang baru ditemukan itu, namun temuan mereka ini memberi sinyal bahwa kita sudah selangkah lebih dekat dalam menemukan dunia yang mirip dengan Bumi di seputar bintang seperti matahari kita.
“Pesawat ruang angkasa Kepler sudah pasti berubah menjadi bintang rock-nya dunia sains,” ujar John Grunsfeld, administrator Science Mission Directorate di Markas NASA di Washington, “Penemuan planet-planet berbatu di zona layak huni itu membawa kita sedikit lebih dekat untuk menemukan tempat seperti rumah. Ini hanya masalah waktu sebelum kita mengetahui apakah galaksi adalah rumah bagi banyak planet seperti Bumi, ataukah kita memang langka.”
Diagram yang membandingkan planet-planet dalam tata surya kita dengan dua planet dalam sistem Kepler-69 yang berjarak sekitar 2.700 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Diagram yang membandingkan planet-planet dalam tata surya kita dengan kelima planet dalam sistem Kepler-62 yang berjarak sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Teleskop ruang angkasa Kepler, yang secara simultan dan terus menerus mengukur kecerahan pada lebih dari 150.000 bintang, adalah misi dari NASA yang pertama kali mampu mendeteksi planet-planet seukuran Bumi di seputar bintang mirip matahari kita. Mengorbiti bintangnya setiap 122 hari, Kepler-62e menjadi planet zona layak huni pertama yang teridentifikasi. Kepler-62f, yang memiliki periode orbit selama 267 hari, selanjutnya ditemukan oleh Eric Agol, profesor astronomi di University of Washington, salah satu bagian yang terlibat dalam studi ini.
Ukuran planet Kepler-62f kini sudah berhasil ditemukan, namun massa dan komposisinya belum diketahui. Meski demikian, berdasarkan studi-studi sebelumnya yang menyoroti eksoplanet berukuran serupa, para ilmuwan dapat memperkirakan massanya dengan metode asosiasi.
“Deteksi dan konfirmasi planet sangat membutuhkan upaya kolaboratif bakat dan sumber daya, serta menuntut keahlian dari seluruh komunitas ilmiah untuk bisa mewujudkan hasil-hasil yang luar biasa ini,” tutur William Borucki, kepala peneliti Kepler di Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, dan memimpin penulisan makalah untuk studi sistem Kepler-62, “Kepler telah membawa kebangkitan dalam penemuan astronomi dan kami membuat kemajuan yang sangat baik menuju ke arah penentuan apakah planet yang mirip planet kita ini adalah pengecualian ataukah mengikuti aturan.”
Gambar Kepler-69c berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di sebuah bintang yang mirip matahari kita. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Dua dunia zona layak huni di seputar Kepler-62 memiliki tiga planet pendamping lain yang berjarak lebih dekat dengan bintangnya; dua di antaranya berukuran lebih besar dari Bumi, sedangkan yang satunya seukuran Mars. Kepler-62b, Kepler-62c dan Kepler-62D, yang masing-masing mengorbit setiap lima, 12, dan 18 hari, membuat mereka menjadi sangat panas dan tidak ramah bagi kehidupan seperti yang kita kenal.
Lima planet dalam sistem Kepler-62 mengorbiti sebuah bintang yang diklasifikasikan sebagai kurcaci K2, berukuran hanya dua pertiga dari matahari dengan kecerahan yang hanya seperlima dari matahari. Di usia tujuh miliar tahun, bintang ini sedikit lebih tua dari matahari, berjarak sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi dalam konstelasi Lyra.
Gambar Kepler-62e berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di seputar bintang yang berukuran lebih kecil dan lebih dingin dari matahari kita, berlokasi sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Pendamping untuk planet Kepler-69c, yang dikenal sebagai Kepler-69b, berukuran dua kali dari ukuran Bumi dan melintasi orbitnya setiap 13 hari. Bintang yang menjadi induk bagi planet-planet dalam sistem Kepler-69 dimasukkan ke dalam kelas yang sama dengan matahari kita, yaitu tipe-G. Berukuran 93 persen dari ukuran matahari dengan kecerahan sebesar 80 persen dari matahari, terletak sekitar 2.700 tahun cahaya dari Bumi dalam konstelasi Cygnus.
“Kita hanya mengetahui satu bintang yang menjadi induk bagi sebuah planet berisi kehidupan, yaitu matahari. Menemukan sebuah planet dalam zona layak huni di seputar bintang seperti matahari kita merupakan tonggak penting dalam menemukan planet yang benar-benar mirip Bumi,” ujar Thomas Barclay, ilmuwan Kepler di Bay Area Environmental Research Institute di Sonoma, California, serta mengisi posisi sebagai penulis utama dalam penemuan sistem Kepler-69 yang dipublikasikan dalam Jurnal Astrophysical.
Gambar Kepler-62f berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di seputar bintang induknya. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Ketika sebuah calon planet transit, atau melintas di depan bintang dari sudut pandang pesawat ruang angkasa, persentase cahaya dari bintang tersebut akan terhalang. Hasilnya adalah lengkung kecerahan cahaya bintang yang mengungkap ukuran planet transit, relatif terhadap bintangnya. Melalui metode transit ini, Kepler sudah berhasil mendeteksi 2.740 calon planet. Dengan mengerahkan berbagai teknik analisis, teleskop berbasis darat serta aset-aset ruang angkasa lainnya, 122 planet telah berhasil dikonfirmasi.
Di awal misi, teleskop Kepler menemukan planet-planet gas raksasa dalam orbit yang sangat dekat dengan bintang induknya. Dikenal sebagai “Jupiter-jupiter panas”, planet-planet tersebut lebih mudah dideteksi karena ukuran dan periode orbitnya yang sangat singkat. Bumi memakan waktu tiga tahun untuk menuntaskan tiga kali transit yang dibutuhkan agar bisa diakui sebagai calon planet. Dengan berlanjutnya pengamatan oleh Kepler, sinyal-sinyal transit dari planet zona layak huni seukuran Bumi yang mengorbiti bintang mirip matahari akan mulai muncul.
Untuk informasi lebih lanjut tentang misi Kepler, kunjungi: http://www.nasa.gov/kepler
Kredit: NASA
Jurnal: William J. Borucki, Eric Agol, Francois Fressin, Lisa Kaltenegger, Jason Rowe, Howard Isaacson, Debra Fischer, Natalie Batalha, Jack J. Lissauer, Geoffrey W. Marcy, Daniel Fabrycky, Jean-Michel Désert, Stephen T. Bryson, Thomas Barclay, Fabienne Bastien, Alan Boss, Erik Brugamyer, Lars A. Buchhave, Chris Burke, Douglas A. Caldwell, Josh Carter, David Charbonneau, Justin R. Crepp, Jørgen Christensen-Dalsgaard, Jessie L. Christiansen, David Ciardi, William D. Cochran, Edna DeVore, Laurance Doyle, Andrea K. Dupree, Michael Endl, Mark E. Everett, Eric B. Ford, Jonathan Fortney, Thomas N. Gautier III, John C. Geary, Alan Gould, Michael Haas, Christopher Henze, Andrew W. Howard, Steve B. Howell, Daniel Huber, Jon M. Jenkins, Hans Kjeldsen, Rea Kolbl, Jeffery Kolodziejczak, David W. Latham, Brian L. Lee, Eric Lopez, Fergal Mullally, Jerome A. Orosz, Andrej Prsa, Elisa V. Quintana, Dimitar Sasselov, Shawn Seader, Avi Shporer, Jason H. Steffen, Martin Still, Peter Tenenbaum, Susan E. Thompson, Guillermo Torres, Joseph D. Twicken, William F. Welsh, Joshua N. Winn. Kepler-62: A Five-Planet System with Planets of 1.4 and 1.6 Earth Radii in the Habitable Zone. Science, 2013; DOI:
10.1126/science.1234702





 NAMANYA JUGA BERPUSING
 Pernahkah kalian berputar? Kemudian cobalah kalian untuk berdiri atau berjalan lurus, Pastinya hal tersebut sangat susah. Tahukah kalian kenapa hal tersebut terjadi? Ya karena kalian pusing. Hal ini karena organ keseimbangan kita sedang tidak seimbang. Kalian tahu letak organ keseimbangan tubuh kita? Buat yang tahu boleh di jawab sekeras mungkin, tapi jawabnya jangan di artikel ani sayang nanti artikelnya rusak. Buat si pembaca yang belum tau agan TSW akan memberitahu kalian maklum agan lagi baik hati.
Menurut beberapa artikel yang agan baca organ keseimbangan kita terdapat di ruang telinga bagian tengah, dalam ruang tersebut terdapat tiga gelung pipa (semicircular canal) berisi cairan klokea yang ketiganya bermuara ke ruang vestibule. Di setiap ujung gelung pipa terdapat ujung-ujung saraf cupula yang berada dalam ruang ampula. Cupula ini bersifat peka rangsangan jika tersentuh oleh aliran cairan dalam gelung pipa yang mengalir hilir mudik, sesuai posisi dan gerakan kepala.
Dalam posisi kepala tertentu kadang aliran dalam gelung menyentuh cupula, kadang pula tidak.Ada tidaknya sentuhan aliran cairan dalam masing-masing gelung pipa terhadap masing-masing cupula yang akan memberi informasi ke otak lewat saraf keseimbangan (vestibular nerve). Informasi ini yang mengabarkan ke otak sedang dalam posisi apa tubuh berada dari saat ke saat. Lalu otak menata posisi seimbang dengan memerintahkan kepala dan postur tubuh jika ternyata tidak berada dalam posisi tidak, atau kurang seimbang, sehingga tubuh senantiasa terpelihara dalam posisi tegak seimbang. Untuk itu, perlu koordinasi dengan mata juga.
Saat kita berputar-putar, cairan koklea di dalam gelung pipa atau rumah siput juga berputar dan mengirimkan sinyal posisi tubuh ke otak kita. Jika tiba-tiba berhenti berputar, kita bisa terjatuh dan merasa pusing. Ini disebabkan cairan koklea masih belum berhenti berputar walaupun tubuh kita telah diam. Sensor di dalam telinga masih mengirimkan pesan ke otak seakan-akan kita masih berputar. Hal inilah yang membuat kita pusing dan merasa seperti akan jatuh.
Menurut hukum dasar fisika, jika sebuah obyek diam, maka obyek itu akan tetap diam hingga ada yang mengusiknya. Jika obyek itu bergerak, obyek itu akan tersebut bergerak hingga berhenti. Inilah penyebab mengapa Anda merasa pusing setelah berputar-putar.
Kurang baik apalagi agan TSW sudah dijelaskan dalam ilmu biologi dan ilmu fisika. Agan baikan?
Agan mau tanya lagi biar pengetahuan kita semakin luas, ok? Bagaimana Cara Otak Mendeteksi Gerakan Kepala? Siapa yang bdsa jawab agan kasih jempol. Berikut merupakan jawabanya,Dalam struktur labirin telinga dalam, ada tiga buah kanal semisirkular yang tegak lurus satu sama lain. Masing-masing kanal berfungsi untuk merasakan pergerakan kepala anda pada sumbu yang berbeda, dan ketiganya akan bekerja sama sehingga anda dapat mendeteksi pergerakan kepala anda dalam 3 dimensi. Kanal-kanal ini diisi dengan cairan yang disebut endolymph yang akan bergerak-gerak seiring gerakan anda. Dalam kanal ini juga terdapat helai rambut kecil untuk mendeteksi gerakan cairan dimana rambut kecil ini akan bergerak seiring gerakan cairan, seperti tanaman air bergoyang di arus sungai. Sel-sel rambut di atas, tertanam ke dalam suatu zat seperti agar-agar yang disebut cupula. Ketika anda memiringkan kepala anda, endolymph akan bergerak dalam satu arah melalui masing-masing kanal, menyeret cupula yang lebih lambat dan memiringkan sel-sel rambut ke sana kemari. Informasi tentang ke arah mana sel-sel rambut bergoyang pada saat tertentu akan diteruskan ke otak melalui sekitar 20.000 serabut saraf, dan ditafsirkan oleh otak sebagai gerakan. Bagaimana, sama dengan jawaban kalian tidak? Buat kalian yang jawabanya sama agan kasih jempol.
Pernahkah kalian melihat penari balet ketika berputar? Coba tebak kenapa penari tersebuk tidak merasa pusing?
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa latihan bertahun-tahun yang dilakukan oleh para penari ini memberi pengaruh yang cukup besar. Latihan konsisten dalam jangka panjang membuat otak mereka beradaptasi sehingga efek pusing saat berputar-putar dapat mereka hindari.
Seperti dikutip dari MSN.com, Selasa (1/10/2013), para peneliti menyimpulkan bahwa penari balet mampu menekan sinyal dari organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalamnya. Para peneliti berharap hasil penemuan tersebut dapat membantu proses pengobatan bagi orang-orang dengan pusing kronis.
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 29 penari balet wanita dan 20 pendayung wanita. Seluruh responden ini sebaya dan memiliki tingkat kebugaran yang sama. Mereka kemudian duduk di sebuah kursi di dalam ruangan gelap dan kursi tersebut diputar berulang-ulang. Hasilnya, para penari mengalami tingkat perpusingan yang lebih rendah dibandingkan dengan para pendayung.
Scan otak yang dilakukan kemudian juga menunjukkan adanya perbedaan antara penari dan pendayung dalam 2 bagian otak, yaitu korteks serebral (bertanggung jawab untuk persepsi pusing) dan area cerebellum (tempat diprosesnya input sensorik dari organ vestibular telinga). Sistem vestibular termasuk sel-sel rambut beristirahat dalam cairan yang mendeteksi suara dan gerakan kepala.
"Scan menunjukkan bahwa cerebellum pada penari balet ukurannya lebih kecil. Ini mungkin karena penari biasanya tidak menggunakan sistem vestibular dan hanya mengandalkan gerakan-gerakan yang terkoordinasi," ujar penulis studi, Dr Barry Seemungal, dari Imperial College London, Inggris.
Dr Seemungal melanjutkan, otak para penari balet sudah beradaptasi selama bertahun-tahun untuk menekan input. Akibatnya, sinyal yang pergi ke daerah otak yang bertanggung jawab pada persepsi pusing di korteks serebral akan berkurang. Inilah sebabnya penari balet bisa menahan pusing saat berputar-putar.
Kalau kalian mau tidak pusing saat berputar maka jadi penari balet saja. Kayaknya cocok tu??? Hehehe.
Nah ini fakta yang paling akhir dari pembahasan agan di artikel ini. Coba tebak, Bumikan berputar, lalu kenapa kita tidak merasa pusing? Ayo tebak kalau bisa agan kasih fb agan, hehehe.
Itu terjadi karena bumi kita berotasi secara seragam, tidak melonjak-lonjak, sementara indra kita terbatas hanya bisa merasakan perubahan gerak (percepatan)  saja.  Setiap kali benda diusik dari geraknya misalnya dengan mengubah arah atau kecepatannya maka benda itu mengalami percepatan.

Misalkan kita naik mobil yang bergerak dalam lintasan lurus dan mobil itu beroperasi menggunakan cruise control (pengatur kecepatan otomatis yang membuat mobil itu bergerak dengan kecepatan konstan).  Kita tidak merasakan gaya apa pun mendorong tubuh kita.  Akan tetapi begitu mobil memasuki tikungan, tubuh kita merasakannya karena kita sedikit terdorong ke arah luar lengkungan.

Contoh lain lagi jika pengemudi tiba-tiba menginjak pedal akselerator tubuh kita langsung menyadarinya karena tiba-tiba kita terdorong ke sandaran kursi.

Atau jika pengemudi mengerem mendadak, tubuh kita tiba-tiba bergerak terdorong ke depan.

Pada hakikatnya tubuh kita tidak tahu bahwa ia sedang bergerak meskipun otak kita mengetahuinya.

Otak tahu bahwa bumi terus  berotasi dan berevolusi tetapi tubuh kita tidak merasakannya karena bumi bergerak dengan mulus, berkesinambungan dan seragam.  Seperti yang dikatakan Newton dalam hukum pertama tentang gerak benda (termasuk tubuh) yang sedang bergerak pada kecepatan konstan dalam lintasan lurus akan terus bergerak seperti itu kecuali ada gaya dari luar yang mempengaruhinya.  Tanpa gaya dari luar benda itu (termasuk tubuh kita) tidak akan pernah tahu bahwa ia sedang bergerak.



Sumber :


Total Pageviews

JANGAN MENYALIN PAGE INI TANPA IZIN. Powered by Blogger.

About Me

My Photo
Temon Slamet Widodo
View my complete profile